Rp1 Triliun dan Hujan Dukungan Iran untuk Film Nasionalnya
Mohammad Reza Ebrahimi, Cultural Counsellor Kedutaan Besar Iran untuk Indonesia, mengatakan dukungan Pemerintah Iran untuk perfilmannya diwujudkan dengan banyak cara, salah satunya dengan anggaran dana negara.Tak tanggung-tanggung, pada tahun lalu semasa pandemi, Iran disebut menganggarkan 3 triliun rial atau setara dengan lebih dari Rp1 triliun (1 rial Iran=Rp0,34) untuk pengembangan perfilman di bawah Kementerian Kebudayaan dan Bimbingan Islam Iran.
"Terkait dengan bujet secara persisnya, perkiraan saya, sekitar 3 triliun rial Iran. Itu untuk tahun lalu. Tahun ini bertambah hampir 50 persen," kata Ebrahimi kala berbincang dengan CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.
"Jadi kalau kami di bidang lain justru banyak pengurangan, .... namun di bidang perfilman ini ada kenaikan hampir 50 persen untuk bujet tahun ini," lanjutnya.
Selain dari pemerintah Iran, dukungan juga datang dari pihak swasta. Dukungan tersebut dapat berupa bantuan logistik, kemudahan perizinan dan bantuan lain yang diperlukan dalam memproduksi film.
Menurut Ebrahimi, sebuah "kebanggaan" karena bujet anggaran negara mereka "bisa mendapatkan hasil yang memuaskan" berupa film-film dari negara tersebut "selalu memiliki hal yang dapat ditonton dan diikutsertakan di berbagai festival film internasional."
Selain bantuan finansial, Iran juga berusaha mempertahankan kualitas sumber daya manusianya untuk bisa menyokong perfilman nasional. Hal ini berhubungan dengan perubahan yang terjadi dalam industri perfilman di Iran.
Iran mengalami perubahan besar-besaran, bukan hanya dari segi tata negara melainkan hingga ke aspek perfilman, semasa Revolusi Islam Iran terjadi pada 1978-1979.
Revolusi Islam itu membuat Iran yang semula Kerajaan Persia menjadi republik berasaskan syariat Islam. Keputusan itu membuat film tak bisa lagi hanya sekadar memenuhi kebutuhan bisnis atau hiburan semata, melainkan mesti sesuai dengan kaidah dan standar syariat.
"Maka Kementerian Kebudayaan dan Bimbingan Islam Iran bekerja sama dengan Kementerian Riset dan Teknologi untuk membuka jurusan film di universitas, jadi setiap universitas ada jurusan perfilman," kata Ebrahimi.
Saat ini di Iran, terdapat beberapa universitas yang menyediakan pendidikan formal perfilman, seperti College of Fine Arts, University of Tehran, Kanoon Cinemagaran Javan, National Iranian Radio & Television School, Soureh University dan University of Art.
Namun bagi masyarakat Iran, dukungan paling penting justru datang dari Pemimpin Agung mereka, Ayatollah.
Ayatollah pertama Iran, Ruhollah Khomeini, disebut Ebrahimi sebagai budayawan dan penggemar film terutama bertema kekeluargaan.
Ayatollah Khomeini semasa hidup disebut Ebrahimi kerap mengadakan pertemuan dengan sineas, berdiskusi dan mendengarkan keluh kesah, berbagi usulan juga dukungan.
"Jadi selain dukungan finansial, ada dukungan dari pemimpin tertinggi itu sendiri," kata Ebrahimi.
Meski memberikan berbagai dukungan, Ebrahimi menjamin bahwa Pemerintah Iran terbuka atas berbagai kritik yang disampaikan melalui film selama masih memenuhi standar.
Bukan hanya itu, Iran juga mengaku menerima kehadiran film-film asing termasuk dari Hollywood, Asia, juga Eropa. Namun, film tersebut harus lolos aturan sensor.
Terkait sensor, Iran disebut memiliki sebuah badan yang diisi oleh orang-orang yang berpengalaman dalam produksi film, seperti sutradara hingga insan-insan perfilman lainnya.
"Ada nilai tertentu yang tidak bisa dilanggar, [yaitu] nilai kemanusiaan, jadi misalnya ada film yang bisa membawa dampak negatif, tentunya tidak diperkenankan begitu saja," kata Ebrahimi.
"Iran memiliki perbedaan yang sangat mendasar dengan film-film di Barat, yang mana terkadang justru menginjak-injak nilai kemanusiaan, tidak memperhatikan hal-hal yang berkenaan dengan keluarga," lanjutnya.
"Jadi jika dirasa film itu menginjak-injak nilai kemanusiaan maka tentunya di situ mereka memiliki hak untuk memberhentikan atau tidak memberikan izin atau tidak menayangkan film tersebut," imbuhnya.
Standar tegas itu tak terlepas dari pandangan pemerintah Iran yang menganggap film sebagai sarana untuk menerapkan dan mengimplementasikan nilai-nilai kemanusiaan.
Mohammad Reza Ebrahimi mengatakan bahwa nilai kemanusiaan itu dapat berupa keadilan sosial, perilaku yang baik, dan akhlak mulia yang bersumber dari ajaran-ajaran Islam."Jadi singkatnya adalah bangsa Iran memaknai film adalah sebagai sebuah media yang dapat menyampaikan pesan-pesan kemanusiaan, seperti tadi, keadilan sosial, akhlak yang mulia dan ajaran-ajaran Islam," kata Mohammad Reza Ebrahimi.
Sumber:
Rp1 Triliun dan Hujan Dukungan Iran untuk Film Nasionalnya (cnnindonesia.com)
.