• Jun 26 2023 - 11:00
  • 177
  • : 4 minute(s)

Kunjungan Delegasi UNHAS ke Republik Islam Iran: Potensi Kerjasama Akademik dan Ilmiah Indonesia-Iran Belum Dimanfaatkan

Kunjungan penting Presiden Iran Ebrahim Raisi ke Indonesia bulan lalu membuka jalan untuk memperkuat hubungan antara kedua negara di berbagai bidang, kata seorang akademisi Indonesia. Dalam sebuah wawancara dengan situs Press TV, Jamaluddin Jompa, yang saat ini menjabat sebagai rektor Universitas Hasanuddin, salah satu lembaga pendidikan tinggi terbesar di Indonesia, mengatakan bahwa Tehran dan Jakarta merupakan tempat yang ideal untuk meningkatkan kerjasama ekonomi, budaya dan ilmu pengetahuan.

Dia secara khusus berbicara tentang potensi yang belum dimanfaatkan di bidang akademik dan ilmiah dan mengatakan, perusahaan berbasis pengetahuan Indonesia tertarik untuk memperkuat kerjasama dengan mitra Iran mereka.

“Misi kami [berkunjung ke Republik Islam Iran] tidak hanya untuk tujuan akademik, kami ingin memperkenalkan produk-produk berbasis inovasi di pasar,” kata Jompa, yang memimpin delegasi akademisi Indonesia ke Iran pekan lalu.

“Mudah-mudahan ke depan dapat diperluas ke kerjasama bisnis antara Indonesia dan Iran.”

Jompa, yang juga merupakan Fellow dari Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), memuji kemajuan Iran dalam industri peralatan medis dan mengatakan produk dalam negeri Iran dapat menutup celah di pasar Indonesia.

“Indonesia memiliki populasi yang besar dan kami masih memiliki masalah di sektor medis, jadi saya pikir itu salah satu bidang yang juga dapat kami kerjakan bersama,” kata akademisi Indonesia itu kepada situs web Press TV.

Universitas Hasanuddin memiliki dua rumah sakit, menurut Jompa bahwa peralatan medis yang mungkin diproduksi bersama oleh Iran dan Indonesia di masa depan dapat mengisi rumah sakit tersebut.

Ia juga mengatakan kunjungannya ke Iran bertujuan untuk menindaklanjuti kesepakatan Tehran-Jakarta yang ditandatangani baru-baru ini yang bertujuan untuk mendorong volume perdagangan tahunan kedua negara.

Presiden Raisi, selama kunjungan kenegaraannya ke Jakarta pada bulan Mei, mengumumkan bahwa Iran dan Indonesia bertujuan untuk meningkatkan nilai perdagangan tahunan mereka menjadi $20 miliar.

Dia mengatakan kedua belah pihak bertekad untuk membuang dolar dan mempromosikan pertukaran menggunakan mata uang nasional.

Presiden Iran menggambarkan perluasan hubungan dengan Indonesia "sebagai salah satu negara penting dan efektif di Asia dan dunia dan anggota organisasi regional dan internasional yang penting", sebagai "penting" bagi Iran dan kedua belah pihak memiliki kapasitas yang beragam untuk memperdalam hubungan.

“Selama 70 tahun terakhir sejak terjalinnya hubungan diplomatik, kedua negara selalu melakukan interaksi yang baik di berbagai bidang politik, ekonomi, perdagangan, regional, dan internasional,” kata Presiden Raisi kala itu.

“Saya di sini untuk menilai kesediaan kedua negara untuk memperkuat kerja sama dan interaksi bilateral di masa depan,” kata Jompa kepada situs web Press TV.

Program pertukaran pelajar

Jompa juga menjelaskan tentang rencana mengadakan program pertukaran pelajar antara kedua negara.

“Itu salah satu misi kami untuk meningkatkan kualitas dan jumlah pertukaran untuk mempererat hubungan generasi selanjutnya (antar kedua negara),” tegasnya.

Dia menyebut standar ganda media Barat dalam menggambarkan Iran, mengatakan program pertukaran dapat memungkinkan siswa Iran dan Indonesia untuk melihat “kebenaran” tentang kedua negara.

“Kami berharap mahasiswa Iran datang ke universitas kami (di Indonesia) untuk merasakan bagaimana orang Indonesia hidup dan bagaimana mereka melihat rakyat Iran dan Iran sebagai sebuah negara,” kata Jompa.

“Saya pikir ada potensi bagi generasi berikutnya untuk dapat melihat kebenaran dan juga datang ke Iran dan mengalami kehidupan di sini dan saya pikir mereka semua akan mendapat manfaat.”

Jompa mengatakan saat ini tidak ada mahasiswa Iran di Universitas Hasanuddin, salah satu perguruan tinggi negeri otonom terbesar di Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia.

“Kami memiliki satu alumni dari Iran yang menjadi dosen. Kami juga memiliki sudut Iran di universitas kami. Kami ingin mempromosikan universitas kami sebagai universitas terbuka dan inklusif bagi semua mahasiswa.”

Melawan Islamofobia

Jompa mengatakan Indonesia, dengan populasi Muslim terbesar di dunia, memberikan contoh yang “sangat baik” dalam memperlakukan agama minoritas dengan cara yang “sangat damai”.

Dia menambahkan bahwa Republik Islam dan Indonesia dapat bersama-sama “mempromosikan kebenaran tentang Islam” dan melawan momok Islamofobia yang saat ini melanda dunia.

Untuk menghindari “kewalahan dengan apa yang dikatakan oleh berita dan media” negara-negara harus “proaktif,” agar tidak terpengaruh oleh asumsi yang salah, tegasnya.

“Indonesia adalah negara Muslim terbesar dalam hal jumlah penduduk dan Iran adalah Republik Islam dengan mayoritas penduduk Muslim sehingga harus ada ikatan yang kuat antara kedua negara.”

“Saya menantikan untuk melihat interaksi ini berkembang di masa depan dan saya berharap di Iran saya dapat mengubah pola pikir tentang Indonesia yang merupakan negara yang sangat terbuka dan menyambut orang Iran,” katanya.[islamtimes.org]

Indonesia Jakarta

Indonesia Jakarta

.

Organisasi Kebudayaan dan Komunikasi Islam adalah salah satu organisasi Iran yang berafiliasi dengan Kementerian Kebudayaan dan Bimbingan Islam; dan didirikan pada tahun 1995.[]

:

:

:

: