Konselor Kebudayaan Iran di Jakarta, AS dan Israel Selalu Cari Cara Merusak Hubungan Baik Negara-Negara Islam
Konselor Kebudayaan Republik Islam Iran di Jakarta, Dr. Mohammad Reza Ebrahimi menerima kenangan-kenangan dari Wakil Rektor IV Bidang Kerjasama dan Pengembangan Lembaga UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof. Dr. Hj. Ulfiah, M.Si., CPCE., MCE.
“Tentunya, harmonisnya hubungan Iran, Saudi dan negara-negara Islam satu dengan yang lainnya tidak menyenangkan AS dan Israel yang selalu mencari cara untuk merusak hubungan tersebut. Oleh karena itu, perbedaan dan problema yang muncul di antara negara-negara Islam semestinya dapat diselesaikan dengan berbagai cara seperti dialog, negosiasi dan lain sebagainya.”
Berbicara melalui daring dari Iran pada Seminar Hybrid dengan tema “Spirit Haul Imam Khomeini ke-34 serta Normalisasi Hubungan Iran-Arab Saudi; Prospeknya bagi Persatuan Umat”, Kamis (8/6), Konselor Kebudayaan Republik Islam Iran di Jakarta, Dr. Mohammad Reza Ebrahimi berkata, “Suasana di Iran saat ini sedang berkabung memperingati haul Imam Khomeini ke-34. Seluruh bangsa Iran dari berbagai lapisan masyarakatnya sedang memperingati hari wafatnya pencetus Republik Islam Iran di masjid-masjid, pusat-pusat pendidikan, kantor-kantor, dan seluruh tempat yang memungkinkan dalam rangka mengenang pemimpin revolusi Islam.”
“Kegiatan yang setiap tahun di adakan pada tanggal 14 Khordad atau tahun ini bertepatan dengan 4 Juni dipusatkan di makam Imam Khomeini dengan orasi dari Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei. Yang menarik adalah bahwa acara haul ini dihadiri oleh para pemuda yang dengan tegas menyatakan kesiapan mereka untuk menjaga dan melanjutkan cita-cita agung pencetus Revolusi Islam ini,” tambahnya.
Diplomat Iran ini melanjutkan dengan mengatakan, “Ayatullah Ali Khamenei dalam pidatonya menyebut sosok Imam Khomeini sebagai pribadi yang komprehensif dan selalu memaparkan berbagai sisi dan dimensinya. Kata kunci yang banyak digunakan oleh Imam Khomeini dan Ayatullah Ali Khamenei dalam dunia internasional adalah persatuan umat Islam.”
“Persatuan menjadi kunci kemajuan umat. Ukhuwah Islamiyah adalah sebuah keharusan untuk memperoleh kebebasan dan kemerdekaan. Persatuan harus direalisasikan sehingga menjadi persatuan yang praktis dan membentuk masyarakat religius. Tidak ada alasan untuk tidak bersatu karena berbagai persamaan yang ada di antara umat Islam; tauhid, kitab suci, identitas keislaman, dan musuh yang sama,” tegasnya.
“Perbedaan di antara umat Islam seperti geografis, madzhab, dan furuiyah yang lainnya jangan sampai dimanfaatkan oleh setan-setan penguasa dunia untuk memecahbelah umat Islam.” Harapnya.
Menyinggung kebijakan luar negeri Iran yang disebutnya kurang lebih sama dengan kebijakan luar negeri Indonesia, Ebrahimi berkata, “Kebijakan luar negeri Republik Islam Iran adalah berdamai dan menjalin hubungan erat dengan negara-negara Islam, negara-negara tetangga, dan negara-negara sahabat. Tentunya, juga selalu waspada terhadap musuh-musuh Islam dan Republik Islam Iran itu sendiri.”
Terkait kedatangan Presiden Raisi ke Indonesia memenuhi undangan Presiden Joko Widodo, Konselor Kebudayaan Iran ini menjelaskan, “Hubungan Iran – Indonesia misalnya berjalan dengan baik yang ditandai dengan kunjungan Presiden Iran ke Indonesia beberapa waktu lalu (23-24 Mei) dan penandatanganan berbagai MoU di bidang ekonomi, budaya dan ilmiah. Masih banyak bidang yang terbuka untuk dapat dikerjasamakan seperti di bidang keulamaan dan lain sebagainya.
“Tentunya, harmonisnya hubungan Iran, Saudi dan negara-negara Islam satu dengan yang lainnya tidak menyenangkan AS dan Israel yang selalu mencari cara untuk merusak hubungan tersebut.Oleh karena itu, perbedaan dan problema yang muncul di antara negara-negara Islam semestinya dapat diselesaikan dengan berbagai cara seperti dialog, negosiasi dan lain sebagainya,” pungkasnya.
Disebutkan, Ayatullah Sayid Ruhullah Musavi Khomeini atau lebih populer dengan sebutan Imam Khomeini yang lahir pada 17 Mei 1900 adalah Pemimpin Agung Iran dan salah satu ulama Marja Syiah yang memimpin revolusi Iran dan setelah itu mendirikan Republik Islam melalui referendum dan memimpinnya sampai akhir hayatnya. Ia wafat pada 3 Juni 1989. Setiap tanggal wafatnya, oleh rakyat Iran maupun pengagum dan pecintanya di seluruh dunia menggelar majelis haul untuk memperingatinya. Prosesi pemakamannya yang melibatkan sepuluh juta lebih rakyat Iran tercatat sebagai pemakaman terbesar sepanjang sejarah. Hari kematiannya sendiri di Iran dijadikan sebagai salah satu hari libur nasional.[purnawarta.com/id.abna24.com]
.