• Dec 19 2024 - 14:10
  • 10
  • : 6 minute(s)

Imam Khamenei Protes Penipuan Barat soal Perempuan Eksploitasi Berkedok Kemanusiaan

Ayatullah Sayid Ali Khamenei, menilai tujuan terselubung jargon kebebasan para budak Amerika, sekitar dua abad lalu bertujuan untuk menyeret para budak dari lahan pertanian di selatan, ke pabrik-pabrik di utara negara itu.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, mengatakan, hari ini di balik jargon-jargon feminisme, kebebasan, dan hak-hak perempuan, tersembunyi tujuan-tujuan anti-kemanusiaan dan politis, yang beberapa di antaranya jelas, dan beberapa yang lain mengungkap target-target berikutnya.
 
Imam Khamenei, Selasa (17/12/2024) pagi melakukan pertemuan dengan ribuan perempuan Iran, yang berada di dalam maupun di luar Hosseiniyeh Imam Khomeini Tehran, dan menyebut Sayidah Fatimah Zahra, Putri Rasulullah SAW, sebagai salah satu keajaiban penciptaan, dan menjelaskan prinsip-prinsip penting ajaran Islam terkait perempuan.
 
Ia menegaskan, “Di dalam Islam, perempuan dan laki-laki saling melengkapi, dan dalam upaya mencapai kehidupan yang baik, dalam kemampuan pemikiran dan spiritual di berbagai bidang ilmu pengetahuan, kebudayaan, kesenian, pengaruh sosial-politik, aktivitas ekonomi, dan isu-isu internasional, sama sekali tidak ada perbedaan di antara perempuan dan laki-laki.”
 
Di awal pidatonya, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, mengucapkan selamat hari lahir Sayidah Fatimah Zahra, dan menilai pertemuan ini sangat baik dan meriah.
 
 
Kedudukan Sayidah Fatimah Zahra
 
Imam Khamenei, menyoroti beberapa dimensi wujud Sayidah Fatimah Zahra sebagai fenomena menakjubkan dalam alam penciptaan.
 
Ia menuturkan, “Adalah sebuah keajaiban ketika seorang perempuan muda dari sisi spiritualitas dan identitas kesucian batin sampai pada derajat tertentu yang dalam riwayat Syiah dan Ahlu Sunnah, dikatakan marahnya adalah marah Allah, kegembiraannya adalah kegembiraan Sang Pencipta, ini sangat agung dan menakjubkan.”
 
Menurut Ayatullah Khamenei, di antara karakteristik unggul Sayidah Fatimah Zahra, adalah menghapus kesedihan Rasulullah SAW di saat-saat sulit, menyertai Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib saat berjihad, mengejutkan para malaikat saat beribadah, menyampaikan khutbah-khutbah secara fasih, indah, dan berapi-api, serta mendidik Imam Hassan, Imam Hussein, dan Sayidah Zainab.
 
“Sayidah Fatimah Zahra, semasa kanak-kanak, remaja, menikah, dan sepanjang hidupnya adalah teladan paling baik, paling indah, dan paling tepat bagi para perempuan Muslim,” ujarnya.
 
 
Kapitalisme dan Isu Perempuan
 
Ayatullah Khamenei, juga menyinggung pandangan-pandangan berbeda terkait masalah perempuan di dunia. Ia menerangkan, “Kapitalisme dan para politisi pengikutnya, dengan menguasai media-media berpengaruh di dunia, dengan ketidakjujuran, dan dengan kebohongan serta bersembunyi di balik kedok sebuah teori filsafat dan kemanusiaan, menutupi motif-motif jahat dan merusak untuk mengintervensi, dan mengarahkan orientasi masyarakat perempuan dunia, serta meraup keuntungan haram.
 
Imam Khamenei menilai ketidakjujuran, dan penipuan sebagai metode yang selalu digunakan oleh para penjajah, dan kapitalis Barat. Mereka menyeret kaum perempuan ke pabrik-pabrik untuk memenuhi kebutuhan industri sebagai buruh-buruh dengan upah rendah, berkedok kebebasan dan independensi perempuan. Ini adalah salah satu contoh dari sikap hipokrit Barat terkait perempuan.
 
Ayatullah Khamenei, menganggap tujuan terselubung dari jargon-jargon kebebasan para budak Amerika sekitar dua abad lalu adalah untuk menyeret para budak dari lahan pertanian di selatan, ke pabrik-pabrik di utara Amerika Serikat.
 
“Hari ini di balik jargon-jargon feminisme, kebebasan, dan hak-hak perempuan, tersembunyi tujuan-tujuan anti-kemanusiaan dan politis, yang beberapa di antaranya terungkap jelas, dan beberapa yang lainnya mengungkap target-target berikutnya,” imbuh Rahbar.
 
 
Islam dan Perempuan
 
Pemimpin Revolusi Islam Iran, menyebut masalah berpasangan sebagai prinsip penting pertama dalam ajaran Islam terkait perempuan. Menurutnya, berdasarkan banyak ayat Al Quran, perempuan dan laki-laki satu sama lainnya adalah pasangan dan pelengkap.
 
Ayatullah Khamenei, menilai prasyarat berpasangan dan saling melengkapi di antara perempuan dan laki-laki adalah dibentuknya sebuah unit ketiga yaitu keluarga. Ia menuturkan, “Oleh karena itu, pembentukan keluarga adalah sebuah sunatullah dalam penciptaan, dan patut disyukuri, dalam kebudayaan rakyat Iran, mencintai keluarga merupakan indikasi penting kokoh dan dalamnya budaya sebuah bangsa."
 
Imam Khamenei, juga menyoroti prinsip lain dari ajaran Islam terkait perempuan yaitu tidak ada perbedaan di antara perempuan dan laki-laki dalam gerakan spiritual, peningkatan derajat kemanusiaan, dan mencapai kehidupan yang baik.
 
Ia menjelaskan, “Dari sudut pandang Islam, perempuan dan laki-laki meskipun memiliki perbedaan secara fisik, tapi keduanya sama-sama memiliki kemampuan dan inovasi-inovasi pemikiran serta keilmuan dan potensi-potensi yang tak terbatas, sehingga menyebabkan perempuan seperti halnya laki-laki, mampu dan dalam beberapa kasus, wajib terlibat dalam bidang, dan aktivitas-aktivitas ilmu pengetahuan, politik, sosial, ekonomi, internasional, kebudayaan, dan kesenian.”
 
Pada saat yang sama, Rahbar menganggap nilai spiritual ibu, dan kebanggaan atasnya sebagai salah satu fondasi lain dalam pandangan Islam, terhadap perempuan.
 
“Hari ini sejumlah pihak di bawah kebijakan-kebijakan kapitalis, dan kolonialis, serta mereka yang tak meghendaki masyarakat independen terutama masyarakat kita, menggambarkan menjadi ibu sebagai sesuatu yang buruk. Padahal menjadi ibu, dan mendidik seorang manusia adalah kebanggaan yang sangat bernilai, maka dari itu dalam Islam, terdapat berbagai istilah untuk menggambarkan ibu, seperti surga berada di bawah telapak kaki ibu, dan sangat dianjurkan untuk mencintai, melayani serta mematuhi ibu,” paparnya.
 
 
Perempuan Pasca-Revolusi Islam
 
Ayatullah Khamenei, setelah menyampaikan sebagian prinsip penting ajaran Islam, terkait perempuan, menilai pertumbuhan menakjubkan perempuan mukmin, berpengetahuan, dan aktif di berbagai bidang setelah kemenangan Revolusi Islam Iran, adalah berlandaskan pandangan luhur ini.
 
Beliau menganggap tumbuhnya ilmuwan-ilmuwan perempuan, staf pengajar di perguruan tinggi, penulis, penyair, dan seniman yang tetap menjaga aturan agama, tidak bisa dibandingkan dengan masa sebelum kemenangan Revolusi Islam Iran.
 
“Namun musuh juga tidak diam, dan sibuk menyusun skenario, pasalnya mereka sangat cepat menyadari bahwa mengalahkan dan menundukkan Revolusi tidak mungkin dilakukan dengan metode-metode perangkat keras seperti perang, pemboman, sektarianisme, dan pasukan penebar fitnah, maka dari itu mereka menggunakan metode-metode perangkat lunak yaitu propaganda, bujuk rayu, dan jargon-jargon yang tidak jujur,” ungkapnya.
 
 
Masalah Perlawanan
 
Pemimpin Revolusi Islam Iran, di bagian akhir pidatonya menyinggung masalah-masalah kawasan dan menjelaskan, “Dengan gerakan yang terjadi di Suriah, dengan kejahatan-kejahatan Rezim Zionis dan Amerika Serikat, serta bantuan pihak lain atas mereka, musuh-musuh mengira masalah perlawanan sudah selesai, padahal mereka salah besar.”
 
Beliau menegaskan bahwa ruh Sayid Hassan Nasrullah dan Sinwar masih hidup. Ia menerangkan, “Fisik mereka pergi tapi kesyahidan tidak membawa pergi wujud mereka, ruh serta pemikiran mereka tetap hidup, dan jalan mereka berlanjut.”
 
Ayatullah Khamenei, juga menyinggung perlawanan di Gaza, dalam menghadapi serangan setiap hari Zionis, dan berlanjutnya perlawanan di Lebanon.
“Rezim Zionis, mengira sedang mempersiapkan diri untuk mengepung Hizbullah, lewat Suriah, dan memusnahkannya, tapi yang akan musnah itu adalah Israel,” katanya.
 
Sebelum Ayatullah Khamenei, memberikan pidatonya, enam aktivis perempuan dan remaja perempuan menyampaikan paparannya terkait masalah "Teladan Perempuan Muslim Revolusioner", "Dunia Maya Perempuan, Keluarga, dan Anak", "Solusi Masalah Penduduk dengan Memperkuat Institusi Keluarga", "Pemberdayaan Perempuan Seniman dan Penguatan Karya-Karya Pertunjukan di Bidang Perempuan", "Mempermudah Pernikahan dan Masalah Mediasi", dan "Perbaikan Program Pelajaran Murid-Murid Perempuan dengan Memperhatikan Penguatan Identitas Budaya."
 
Selain itu Aaedeh Sorour, ibu dua syahid Lebanon, mewakili para perempuan perlawanan dalam pertemuan dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, memberikan pidato tentang kelanjutan dan kemenangan perlawanan. (HS)
Indonesia Jakarta

Indonesia Jakarta

.

Organisasi Kebudayaan dan Komunikasi Islam adalah salah satu organisasi Iran yang berafiliasi dengan Kementerian Kebudayaan dan Bimbingan Islam; dan didirikan pada tahun 1995.[]

:

:

:

: