Dalam forum itu Abdullah menjelaskan bahwa Hizbullah terbentuk pada tahun 1982 saat Israel menginvasi Beirut. Pada masa itu, sekelompok pemuda dan ulama yang terdorong oleh semangat revolusioner berkumpul untuk melawan.

“Hizbullah lahir dari rahim penindasan di tengah luka yang menganga akibat penjajahan dan ketidakadilan,” ujarnya saat memberi keterangan kepada Dialog Masa melalui pesan WhatsApp Senin (11/11/24).

Menurutnya, Hizbullah tidak hanya berjuang melawan penjajahan fisik, tetapi juga menentang ketidakadilan dalam berbagai bentuk—baik sosial, politik, maupun ekonomi. Hizbullah, di bawah kepemimpinan Nasrallah, fokus pada pembangunan masyarakat melalui pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial.

Abdullah menegaskan bahwa Nasrallah percaya pada perjuangan yang tidak hanya fisik, tetapi juga upaya membebaskan masyarakat dari kebodohan dan kemiskinan.

Lebih lanjut, dosen asal Pasuruan ini menjelaskan bahwa Hizbullah berperan penting dalam mendirikan sekolah, rumah sakit, dan pusat kesejahteraan bagi masyarakat Lebanon yang terpinggirkan.

“Hizbullah di bawah komando Sayyid Hasan Nasrallah mendorong masyarakatnya untuk berkembang dalam kecerdasan, kemandirian, dan kesejahteraan sosial,” tambahnya.

Abdullah menutup keterangannya dengan mengatakan bahwa Sayyid Hasan Nasrallah menanamkan prinsip bahwa kemenangan sejati tidak hanya diukur melalui kemenangan militer, tetapi juga melalui terciptanya masyarakat yang berpendidikan, berdaya, dan sejahtera. (Al/Wd)