Dukungan AS terhadap Pembantaian Rakyat Iran pada 17 Shahrivar 1357 HS (8 September 1978)
Kolumnis "Washington Post" Scott Armstrong, sekitar dua tahun setelah insiden 17 Shahrivar (8 September 1978), pada tanggal 27 Oktober 1980, dalam sebuah laporan analitis, menyinggung poin-poin mengejutkan tentang pendekatan AS terhadap peristiwa "Black Friday" di Iran.
Dia menulis dalam artikelnya yang berjudul "AS menekankan ‘sapu bersih’ oposisi", "Pada 8 September, yang disebutBlack Friday, pasukan Shah menembaki para demonstran di Jaleh Square, Teheran. Pemerintah mengumumkan jumlah korban tewas sebanyak 86 orang, namun laporan wartawan di lapangan menyebutkan korban jiwa mencapai ratusan bahkan lebih dari seribu.
Carter diberitahu tentang pembantaian Jaleh Square di Camp David. Wakil Menteri Luar Negeri Harold Saunders mendatanginya dan menjelaskan apa yang terjadi. Menteri Luar Negeri Cyrus Vance hanya mempunyai sedikit informasi mengenai pertistiwa tersebut karena dia sibuk dalam perundingan Camp David. Selain itu, Vance juga disibukkan dengan pemberitaan senjata nuklir Soviet.
Dalam laporannya kepada Carter, Saunders menegaskan bahwa Shah masih bisa mengendalikan situasi dengan baik. Pertemuan dengan pejabat Gedung Putih diadakan di Camp David untuk membahas masalah ini. Di tengah pertemuan itulah, Penasihat Keamanan Nasional Presiden AS Zbigniew Brzezinski datang ke pertemuan tersebut dan segera mengumumkan bahwa Shah membutuhkan statement kuat yang menyatakan dukungan tanpa syarat AS terhadap pemerintah. Ini akan meningkatkan semangatnya.
Carter menerima pendapat Brzezinski dan menghubungi Shah. Sebelumnya, Sadat telah mengumumkan dukungannya tanpa syarat kepada Shah melalui panggilan telepon. Armstrong menambahkan, “Para negarawan AS melihat kesediaan Shah untuk menggunakan kekerasan sebagai pertanda baik. Sullivan (duta besar AS di Teheran) mengatakan kepada Vance bahwa mengumumkan darurat militer di Teheran dan menembaki rakyat bisa menjadi tanda menguatnya kepercayaan diri Shah. Dengan pengawasan Pentagon, sebuah laporan disiapkan oleh Badan Intelijen Pertahanan yang menyatakan bahwa Shah diperkirakan akan tetap berkuasa selama 10 tahun ke depan, tanpa ada masalah."
Faktanya, AS mempunyai ekspektasi dari Shah seperti yang mereka harapkan dari boneka-boneka mereka yang lain di penjuru dunia; sapu bersih protes dengan kekerasan maksimal. Laporan Scott Armstrong menunjukkan dengan baik bahwa tidak ada perbedaan antara Partai Demokrat dan Republik dalam pendekatan ini. Shah didukung penuh oleh AS untuk membantai rakyat.
Laporan Mengejutkan Le Monde
Serangan yang dilakukan oleh aparat rezim Shah pada 17 Shahrivar (8 September) terjadi secara tiba-tiba dan tanpa peringatan sebelumnya. Pengumuman mengenai penetapan darurat militer tidak diinformasikan secara benar.
Banyak yang tidak mengetahui bahwa ada situasi seperti itu. Masyarakat yang hadir di Jaleh Square, yang umumnya pelajar dan mahasiswa, menjadwalkan unjuk rasa pada 7 September ini dalam peristiwa demo besar-besaran. Para saksi mata melaporkan keberadaan lebih dari 2.000 pemuda pelajar dan mahasiswa di Jaleh Square, yang secara bertahap diikuti oleh banyak orang, termasuk perempuan dan anak-anak.
Formasi kekuatan militer Shah tidak diatur untuk membubarkan keramaian. Mereka menginginkan sapu bersih besar-besaran.
"Saha" menulis, "Pasukan militer di yang berada di Jaleh Square belum pernah dilatih untuk sapu bersih kerusuhan. Laporan lapangan reporter surat kabar "Le Monde" yang terbit pada 17 September 1978, sembilan hari setelah kejadian 8 September 1978, membenarkan tulisan "Saha".
Reporter Le Monde menulis, "Jumat, 8 September, adalah hari paling berdarah yang dialami Iran setelah Juni 1963 (Khordad 1342 HS). Salah satu juru bicara oposisi Shah berbicara tentang pembantaian nyata dan memperkirakan jumlah korban tewas lebih dari 600 orang. Itu adalah pembantaian skala penuh yang dilakukan atas perintah langsung dari AS dan Inggris.
.