Diskusi Film "Muhammad Rasulullah", Sinema Iran untuk Islam Damai
Diskusi Film Muhammad Rasulullah yang dihadiri sineas Indonesia yang juga sutradara Laskar Pelangi, Riri Riza.(Tangkap layar FB Ikmal Indonesia)
Diskusi Film Muhammad Rasulullah yang dihadiri sineas Indonesia yang juga sutradara Laskar Pelangi, Riri Riza.(Tangkap layar FB Ikmal Indonesia)
Film Muhammad Rasulullah yang dirilis pada tahun 2015 masih relevan untuk diperbincangkan. Film yang digarap sutradara terkenal asal Iran, Majid Majidi, ini menceritakan sosok Nabi Besar Muhammad SAW dengan menonjolkan aspek humanis dan kasih sayang. Menurut sutradara, film ini digarap untuk menunjukkan bahwa Islam itu rahmatan lilalamin (damai).
Film yang mengisahkan Nabi Muhammad SAW saat ini tercatat baru dua. Pertama diproduksi pada tahun 1976 di Suriah dengan sutradara Moustapha Akkad. Lalu yang kedua adalah Muhammad Rasulullah diproduksi pada tahun 2015 dengan sutradara Majid Majidi.
Film yang terbaru itu menjadi bahan diskusi yang digelar organisasi alumni perguruan tinggi Iran, Ikatan Alumni Jamiatul Mustofa (Ikmal), secara virtual pada Sabtu (16/4/2022).
Diskusi tersebut dihadiri Duta Besar Iran untuk Indonesia Dr. Mohammad Azad, Iran Cultural Counsellorship Embassy of the Islamic Republik of Iran Jakarta-Indonesia Dr. Muhammad Reza Ebrahimi, sutradara Laskar Pelangi Riri Riza, dan penerjemah film Muhammad Rasulullah Dr. Otong Sulaiman. Sementara moderatornya adalah Muhammad Ma'ruf PhD.
Iran Cultural Counsellorship Embassy of the Islamic Republik of Iran Jakarta-Indonesia Dr. Muhammad Reza Ebrahimi dalam sambutannya mengatakan, film Muhammad Rasulullah karya Majid Majidi ini sangat mirip dengan kenyataan. Film ini menyajikan sistem komunikasi manusiawi Rasulullah dalam tiga bidang, yakni intrapersonal, interpersonal, dan publik.
Ia mengatakan, intrapersonal Nabi SAW adalah berupa tawakal di medan yang keras. Kemudian sisi interpersonalnya Nabi dalam film tersebut ditunjukkan dengan jiwanya yang pemalu, rasa hormat terhadap wanita, memiliki kecintaan dan kasih sayang kepada umat manusia.
Sedangkan komunikasi publik ditunjukkan dengan adanya kerja sama saling membantu dan bagaimana menghadapi tradisi yang menyimpang kala itu.
Mengutip ucapan Majid Majidi, Ebrahimi menyatakan bahwa film Muhammad Rasulullah adalah salah satu upaya untuk menunjukkan kepada dunia tentang bacaan Islam yang benar, yaitu sebuah agama yang didasarkan pada kemuliaan manusia.
"Misi terpenting Nabi adalah untuk menghidupkan kembali moralitas, sesuatu yang jarang terlihat di dunia saat ini," kata Ebrahimi dalam bahasa Iran yang diterjemahkan oleh Imam Ghozali.
"Sayangnya, beberapa orang menunjukkan Islam dengan cara fanatik dan dibarengi dengan kekerasan, sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan Islam," lanjut Ebrahimi kembali mengutip ucapan Majid Majidi.
Penilaian dari Sutradara Laskar Pelangi
Riri Riza, sutradara Laskar Pelangi, menilai film Muhammad Rasulullah adalah salah satu puncak dari karya sutradara Majid Majidi yang dikenal sebagai realis modern. Hal itu juga terlihat dari karya film sebelumnya seperti Children of Heaven yang masuk box office.
"Film Muhammad Rasulullah ini adalah salah satu film epos, kalau di Indonesia ini mungkin sudah lama kita tidak melihat film besar seperti ini," kata Riri.
Menurut Riri, film Muhammad Rasululah memiliki kekhususan yang luar biasa. Sebab, tokoh yang dijadikan sentral dalam cerita di film ini adalah Nabi Muhammad SAW, salah satu tokoh terpenting dalam peradaban dunia.
Ia menilai sang sutradara benar-benar menggarap serius film tersebut. Riri yakin bahwa Majid Majidi adalah seorang sineas yang tidak terkonfromikan atau tidak harus berubah ketika menggambarkan sebuah cerita dalam film.
"Karena saya yakin beliau punya kecintaan pada medium film. Dia punya rasa yakin bahwa apabila ingin membuat film tentang Muhammad Rasulullah mesti menjadi sebuah film yang menggambarkan semua dimensi atau perasaan, bukan hanya kekaguman, tetapi kebesaran dari tokoh yang akan diceritakan itu," jelas Riri.
Riri juga mengagumi desain produksi film Muhammad Rasulullah. Menurutnya, hal itu luar biasa.
"Kita bisa lihat setiap bingkai gambar dalam film ini, bukan hanya indah tapi juga realistis menggambarkan periode di mana cerita itu berlangsung," jelasnya.
Sinematografi juga menggambarkan ada semacam magical realism di dalam film tersebut. Kata Riri, kejadian Rasulullah ini merupakan sebuah keajaiban dan gambaran mukjizat.
"Tentu saja sinema punya kekuatan untuk bisa menceritakan itu. Ini secara teknis," kata dia.
Dari segi alur cerita, Riri Riza yang juga merupakan penulis cerita merasa yakin bahwa aspek yang diperhatikan sutradara adalah penokohan.
Selain Muhammad SAW, dalam film itu juga diceritakan tokoh lain seperti Abu Thalib awal dan Abu Lahab muda.
.